VISI PAROKI:

Gereja Umat Allah yang dengan bimbingan Roh Kudus terus menerus membangun persekutuan sehati sejiwa, yang berpusat pada Yesus Kristus; berakar dalam komunitas jemaat Lingkungan, beriman mendalam, kokoh, dewasa, misioner dan memasyarakat

13 Februari 2009

VALENTINE

Cinta Bukan Sekedar Romantisme
Film, sinetron, iklan dan semacamnya, telah mendidik kita secara salah tentang cinta: seolah cinta cuma persoalan “mendesain” romantisme dan mencintai cukup dengan menyerahkan sekuntum bunga. Lebih konyol lagi, cinta juga seolah hanya urusan mendapatkan sesuatu. Lihatlah hari valentine, saat ketika cinta dikerucutkan menjadi sekadar romantisme, momen ketika kamu berharap dan mendapat sesuatu, couple dinner di sebuah cafĂ©, coklat berbungkus pink, seikat mawar merah atau sebuah cincin berlian. Atau ini mungkin saat, di mana pada akhirnya kamu “diijinkan” untuk first huge, first kiss. Sekedar seolah mengatakan kepada dunia bahwa “Hei… lihatlah, kami sedang jatuh cinta!” Cinta tidak sesempit itu. Bukan pula sekedar demam warna pink dan cuma persoalan mendapatkan.. Cinta bukan melulu persoalan kenyamanan, keindahan, romantisme atau bahkan terpenuhinya segala hasrat. Cinta justru persoalan memberi, tanpa syarat! Mari menghitung, berapa gelintirlah manusia yang benar-benar mengerti cinta jenis ini. Sebagian orang akan berusaha mencari cinta, memagut yang satu, melepas yang lain, mengejar si Y, memutuskan si X. Seperti burung yang sejenak bercinta di dahan cemara, untuk kemudian terbang ke belahan langit yang berbeda. Sayap akan mudah patah karena lelah dan akhirnya mendarat dengan keras di kubangan kerbau. Mencintai kerbau? Seseorang yang berkelana mencari cinta di banyak tempat, hanya akan menemui kekosongan dan kekosongan. Justru cobalah mencintai seseorang, bukan sekadar mengharap kamu akan mendapat sesuatu dari dirinya. Cintailah dia karena dia. Bukan sekadar karena bening matanya menenggelamkanmu dalam samudera rasa, apalagi cuma karena bau tubuhnya. Tetapi dengan penerimaan pada kompleksitas dan kerumitan dirinya, pada kekurangan dan ketidaksempurnaannya.
St Paulus dalam 1 Kor 13:4-7 mengatakan, Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.Mencintai berarti bersedia menyalurkan sikap positif, tidak egois, tidak pendendam, penuh sukacita, penuh iman dan harapan serta setia. Mencintai bukan perkara mendapatkan tetapi memberi. Bagaimana bisa mengasihi atau memberi. Ini bukan perkara materi. Mereka yang mudah mencintai, inilah orang-orang yang penuh, purna dan lengkap. Ibarat gelas berisi air, air itu meluber membagikan kesegaran.. Sebaliknya pribadi yang kosong dan hampa, tak mengalirkan kasih sedikit pun, justru selalu meratap mengharap cinta dan perhatian. Mari mengasihi, bukan meminta dicintai. Hanya dalam kasihNya kita mendapatkan sumber kasih yang tak pernah kering. Hanya dalam kasihNya kita menjadi penuh, sekalipun dunia kita jauh dari kasih dan mengasihi. Seperti sepenggal syair lagu karya Doel Sumbang: Marilah sayang, mari sirami cinta yang tumbuh di dalam hati. Marilah sayang, mari sirami agar merekah sepanjang hari…(A. Luluk Widyawan, Pr)

Tidak ada komentar: